Dosen Departemen Manajemen FEM Membantu BUMDES Sakinah Desa Benteng Menyusun Rencana Pengembangan Usaha Baru
Dosen Departemen Manajemen FEM Membantu BUMDES Sakinah Desa Benteng
Menyusun Rencana Pengembangan Usaha Baru
Bogor, 09 Sept 2022. Dr. Mimin Aminah beserta tim dosen program Dosen Mengabdi Reguler dari Departemen Manajemen bekerjasama dengan yayasan Sumberdaya alam dan energy (IREEM) pada hari Sabtu, 03 September 2022 mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan mengambil tema “Identifikasi Potensi Ekonomi Desa Benteng dan Rencana Aksi Para Pihak untuk Pengembangan Usaha Pemanfaatan Limbah oleh BUMDES Sakinah”. Acara yang diselenggarakan di Aula Kantor Desa Benteng Kecamatan Ciampea, diikuti oleh 17 peserta, terdiri dari tim dosen Departemen Manajemen, mahasiswa Program Studi Ilmu Manajemen, narasumber dari Yayasan IREEM serta undangan dari desa meliputi Ketua Bumdes Sakinah, Ketua Gapoktan Desa benteng, Ketua IKM UMKM Desa Benteng, perwakilan Posluhdes, perwakilan Desa Wisata, dan LPM.
Pada awal sesi, Bu Mimin menyampaikan tentang pentingnya Bumdes menambah usaha baru sebagai upaya meningkatkan kinerja ekonominya dan dapat meningkatkan pelayanan bagi anggotanya. Ditengah sulit dan mahalnnya pupuk disatu sisi dan berlimpahnya limbah pertanian. salah satu usaha yang bisa dikembangkan yaitu memanfaatkan limbah untuk pakan ternak dan pupuk. Produk yang dihasilkan diistilahkan dengan JST yaitu Jamu Sehat Ternak dan Jamu Sehat Tanaman. Hasil pemanfaatkan JST oleh Koperasi Qolbu beserta IREEM di tempat lain berhasil meningkatkan produktifitas tanaman dan ternak serta meningkatkan kualitas produk. Bu Mimin mengajak peserta untuk mengidentifikasi limbah apa saja yang potensial dan dapat dimanfaatkan sebagai media pembuatan JST. Diantara limbah yang dapat dimanfaatkan antara lain dari limbah pabrik tahu/tempe. Di Desa Benteng sendiri terdapat 3 pengusaha tempe besar dan 4 pengusaha tahu. Selain itu limbah jerami padi dan batang serta bonggol jagung.
Selanjutnya, narasumber dari yayasan IREEM, Bapak Ali Akbar Hutzi, memaparkan tentang potensi pengembangan usaha pembuatan JST untuk tanaman dan ternak. Pak Ali menjelaskan tentang cara pembuatan dan pemanfaatan JST. Beliau juga membawa contoh-contoh produk yang menggunakan JST seperti hasil telur ayam dan beras organik. Telur hasil produksi dari ternak ayam yang menggunakan JST, kuning telurnya lebih berwarna orange, utuh, kenyal dan tidak mudah rusak. Sedangkan beras yg padinya dipupuk dengan JST lebih wangi dan tidak ditemukan residu pestisida. Secara partisipatif, Pak Ali mengajak semua peserta dari unsur Bumdes Sakinah dan Desa Benteng untuk masing-masing menuliskan : potensi ekonomi, kendala/hambatan, rencana pengembangan, kendala dan pesaing. Selanjutnya peserta menjelaskan apa yang telah dituliskan dan mendapat tanggapan dari Dosen, narasumber maupun peserta diskusi lainnya. Peserta juga diminta menuliskan kesanggupan untuk berkontribusi jika Bumdes Sakinah akan mengembangkan bisnis pembuatan JST. Untuk pembuatan satu unit pengolahan JST dibutuhkan permodalan 10 (sepuluh) juta rupiah. Beberapa peserta mengidentifikasi potensi seperti untuk pengembangan ubi jalar, jagung dan produk hortikultura lainnya. Untuk pengembangan ubi jalar terdapat kendala kesulitan air dan ketergantungan pada tengkulak. Karena mendapat pinjaman modal dari tengkulak, sehingga harus menjual lagi hasil panen ke tengkulak, dan sulit untuk menawar harga. Untuk jagung, karena belum ada pabrik, panen jagung dijual dalam bentuk tongkol/pipil dengan harga yang masih murah.
Peserta kemudian menyepakati lahan di RW 05 untuk lahan percontohan, sebagai bagian rencana aksi yang akan dijalankan dalam pengembangan usaha JST. Lahan di RW 05 sebagian besar (lebih dari 90 persen) adalah lahan pertanian. Namun kebanyakan adalah petani kecil, sehingga harus ada kesepakatan dan keseragaman agar hasil panen banyak. Saat ini para petani di RW 05 menjalankan usahatani dalam petak-petak kecil model tani mandiri. Contoh pertanian ubi jepang dalam skala kecil, hasil panen sedikit, tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkan. Contoh lainnya bertanam jeruk limau sebanyak 60 pohon selama 6 bulan hanya menghasilkan nilai panen 900 (sembilan ratus) ribu, padahal modal untuk pupuknya saja sudah 300 (tiga ratus) ribu. Tindak lanjut berikutnya adalah akan dilakukan survei ke lokasi RW 05 untuk pembuatan demplot pengembangan JST. Survei akan dilakukan oleh Tim Dosen didampingi dengan narasumber ahli tanah dan lingkungan beserta perwakilan petani dan penyuluh lapangan (PPL).
(Mimin & Nesti, 2022)